Menjelang pernikahan, biasanya kaum perempuan akan
mengalami ketegangan. Apalagi jika menyangkut masalah selaput dara yang hingga
kini masih menjadi lambang keperawanan seorang perempuan. Lainnya halnya jika
calon suami tidak terlalu memusingkan soal selaput dara.
Tapi tidak sedikit, lelaki yang menuntut kepada calon
istrinya harus perawan. Meski, masih ada pendapat kalau sudah cinta, buat apa
dipersoalkan.
Pada dasarnya, anggapan tersebut ada benar dan tidaknya.
Selaput dara adalah lembaran yang sangat tipis. Hanya melalui uji klinis yang
dapat membuktikan apakah selaput dara seorang perempuan masih utuh atau tidak.
Hubungan seksual belum tentu menjadi penyebab robeknya
selaput dara. Buat perempuan yang aktivitasnya tidak terbatas seperti gemar
naik gunung, menunggang kuda dan bersepeda, dapat juga mengakibatkan robeknya
selaput dara.
Buat kaum lelaki, selaput dara adalah sesuatu yang masih
dianggap sakral. Dan, buat perempuan suatu kebanggaan, apabila mampu menjaga
keperawanan hingga akhir masa gadisnya. Apalagi jika pada malam penyerahan,
lembaran tipis tersebut tertembus oleh penny suami, maka yang dirasakan
adalah kebahagian.
Namun, perlu juga disimak apakah kesucian hanya diukur
oleh utuh tidaknya selaput dara? Semua yang menentukan adalah Anda. Tapi,
kemurnian dan ketulusan cinta yang murni hanya dapat diukur dari perkawinan itu
sendiri.
Lolita: "Hanya ada satu cara menuju kebahagian, dan itu adalah berhenti meresahkan hal-hal yang berada di luar kekuasaan kemauan kita" (Epictetus)
Comments
Post a Comment