Malam itu Joni tampak bahagia. Tak jemu-jemunya ia
memandang cermin yang ada di depannya. Sesekali ia memutar badannya, mengamati
seluruh tubuhnya. “Aku cukup ganteng, kok. Pantas Sherly mengajakku,” gumamnya
berkali-kali. Memang, secara obyektif wajah Joni cukup tampan yang ditunjang
dengan postur tubuhnya yang ideal.
Wajar kalau kebahagian Joni membuncah. Malam itu, ia
mendapat undangan makan malam ke aparteman Sherly, teman sekantornya. Meski
banyak lelaki yang menaruh hati padanya, tetapi tak satu pun yang mendapat
undangan istimewa kecuali Joni.
Dengan hati berdebar-debar, seperti remaja yang sedang
jatuh cinta, ia pamitan pada istrinya, “Mam, aku berangkat dulu ya”. Dalam
perjalanan, Joni sudah membayangkan apa yang akan dilakukan sesampainya di
tempat Sherly. “Pasti Sherly sudah menyediakan makan malam yang sangat
romantis, diiringi musik jazz dan temaram sinar lilin,” angan-angan Joni pun
melambung.
“Aku akan mengecup keningnya, lalu perlahan-lahan aku
menciumnya dan akhirnya…,” ia tersenyum membayangkan adegan selanjutnya. “Ah,
malam yang benar-benar indah,” gumamnya.
Tak terasa, selama perjalanan, Joni hanya megumbar imajinasinya tentang percintaan yang akan dilakukan.
Namun, apa lacur, setelah masuk ke apartemen Sherly, tak
ada sambutan khusus seperti halnya menyambut seorang kekasih. Memang, tidak ada
lelaki lain di tempat tersebut. Tetapi, Sherly tak pernah menyebut kata-kata
romantis atau berbau cinta. Ia bertanya tentang berbagai hal, mulai kehidupan
pribadi sampai masalah-masalah yang sedang aktual. Pendeknya, ia hanya ingin
mengobrol, tidak lebih dari itu.
Mengetahui hal itu, Joni tampak loyo. Sejauh ini ia
berfantasi, Sherly mengundang ke apartemennya untuk bercinta. Dan tak pernah
terbesit sedikit pun bila pertemuan itu hanya diisi dengan pembicaraan ngalor-ngidul
yang tidak ada ujung pangkalnya.
Joni menanggapi obrolan Sherly dengan gaya yang datar dan menjemukan. Melihat hal
ini, Sherly menjadi kesal. Memang, lelaki sering salah dalam menafsirkan ajakan
perempuan. Dikiranya, perempuan yang mengajak lelaki bertandang ke apartemennya
berarti mengajaknya bercinta. Dengan kesal, sehabis Joni pulang, Sherly menulis
di buku hariannya, “Aku berharap bisa mengundang seorang lelaki ke apartemenku
tanpa dia menduga aku ingin bermain seks”.
@benKLIK: ”Percakapan memiliki sejenis pesona, sesuatu yang tidak langsung dan terpendam yang memancarkan rahasia tepat seperti cinta atau minuman keras” (Lucius Annaeus Seneca)
Comments
Post a Comment