Ketika masalah seksual masih dianggap sebagai hal yang
tabu dan tidak pantas untuk dibicarakan maka hubungan seks bersifat linier,
satu arah. Lelaki adalah pihak yang paling dominan dan leluasa. Bila mereka
tidak mendapatkan kenikmatan, mereka berhak marah dan menuntut pada perempuan.
Sebaliknya perempuan tidak memiliki hak apa pun untuk
mendapatkan kenikmatan. Tugas utamanya hanyalah melayani suami dan memuaskan
hasrat seksualnya. Apakah dia mendapatkan kenikmatan dari hubungan tersebut
tidak pernah dibicarakan. Tidak pantas! Saat itu, para istri pun hanya terdiam,
seakan-akan tidak menjadi persoalan besar.
Namun setelah zaman berubah dan terjadi revolusi seksual
maka semua asumsi itu berubah total. Kedudukan perempuan bukanlah obyek seks
semata. Mereka sama dengan lelaki, sama-sama sebagai subyek seks yang berhak
berbicara tentang kenikmatan seksual atau orgasme.
Pendapat yang mengatakan istri harus mengabdi pada suami
dan siap melayani hasrat seks tiap kali suaminya menghendaki mulai bergeser.
Hubungan seksual tidak bisa dijalankan tanpa memperhatikan kondisi istri. Dulu
suami bisa meminta istri untuk melayani tanpa mempedulikan mood-nya.
Tetapi saat ini hubungan seksual yang akan dijalankan harus atas kesepakatan
bersama.
Komunikasi seksual yang makin terbuka menyebabkan istri
boleh berbicara banyak tentang hubungan seks. Gaya apa yang paling disukai, aktifitas macam
apa yang diinginkan, variasi seperti apa yang dikehendaki serta hal-hal lain
yang berkaitan dengan masalah seksual.
Bahkan ketika dirinya tidak mencapai puncak kenikmatan,
perempuan berhak mempertanyakan sehingga bisa dicari solusinya. Yang jelas,
revolusi seksual menyebabkan banyak perempuan yang berani berbicara tentang
kenikmatan seksual atau orgasme, sesuatu yang tidak pernah dibahas pada era
sebelumnya.
Namun sayangnya komunikasi seksual di Indonesia belum
semaju di negara lain. Meski demikian komunikasi seksual yang ada saat ini jauh
lebih maju dibanding era sebelumnya.
Lolita: ”Jangan terburu-buru orgasme ketika bercinta. Anda akan
kehilangan pengalaman orgasme. Anda tidak akan pernah tahu peristiwa nyata yang
tak lekang oleh waktu yang menunggu jika Anda hanya memperhatikan kejadian
sesaat” (Barbara De Angelis)
Post a Comment